id – ramadhan adalah pengampunan, kasih sayang tuhan, bahkan pembebasan dari neraka, Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Banyak sekali peristiwa monumental, khususnya dalam sejarah dunia islam terjadi di bulan Ramadhan. Sebutlah misalnya Lailatul Qadr, malam turunnya Al-Qur’an ke langit bumi sekaligus menandai kenabian dan kerasulan Muhaammad saw.

Peristiwa fenomena lain yang terjadu dibulan Ramadhan ialah perebutan kembali kota suci Mekkah (Fath Makkah), penaklukan wilayah-wilayah baru dalam dunia islam. Semua peperangan yang dilakukan dalam bulan Ramadhan, umat islam mengalami kemenangan besar, termasuk diantaranya peperangan Badr yang terkenal itu.

Sebagai umat Islam Indonesia, kita juga tidak boleh lupa bahwa proklamasi kemerdekaan yang setiap tahun kita peringati juga bertepatan dibulan suci Ramadhan.

Indonesia, adalah negara dengan mayoritas penduduknya IsIam yang paling semarak menyelenggarakan amaliah Ramadhan. Tidak ada negara yang memberilkan apresiasi semarak dan syiar Ramadhan sebesar Indonesia.

Syiar itu bukan hanya telihat diperkotaan, dimana hotel-hotel dan perkantoran didekorasi sebagaimana layaknya rumah ibadah muslim. TV, media cetak dan elektronik juga memberikan nuansa khusus dibulan Ramadahan. Demikian pula dipelosok pedesaan. Kelompok-kelompok yang membangunkan orang untuk sahur berkeliling desa memukul benda-benda tertentu sambil bernyanyi dan berteriak, Sahur.. Sahur.. Sahur..!

Bulan Ramadhan kali ini sepertinya akan menjadi sangat berbeda setelah pelayangan surat edaran aturan baru oleh Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas jelang Ramadhan 1445 Hijriah/2024 yang sangat menyita perhatian.

Pasalnya himbauan kontroversial tersebut berisikan larangan penggunaan pengeras suara saat tarawih dan tadarus selama bulan Ramadhan, selama pelaksanaan bulan Ramadhan tahun ini.

Suara apa yang Yaqut Cholil Choumas takuti?
Sekelas Menteri Agama membangun hal kontroversi terkait agama, Yaqut Cholil Choumas, buta pada Agama! Karena orang yang paham tentang agama, tentu statmen yang dibangun memberikan keselamatan dan kedamaian bagi agama, bukan yang terjadi adalah sebaliknya.

Menteri Agama Yaqut Cholil Choumas, telah kehilangan tata nilai spritualitas, integritas, dan empati dalam berAgama dan berIslam, jika kita menganggap ini adalah hal yang sepele maka menunggu waktu saja, Islam tinggal nama, Al-Qur’an tinggal tulisan, Masjid tinggal bangunan.

Indonesia bukan Negara agama, bukan pula negara yang mengakui adanya salah satu Agama Resmi, dan tentu saja bukan negara sekuler. Indonesia adalah negara pancasila dimana semua agama dan masing-masing pemeluknya diperlakukan sama sebagai warga negara Indonesia.

Tidak ada negara ekslusif yang harus lebih dominan diantara agama-agama lainya, sekalipun diantaranya ada agama mayoritas mutlak yang dianut oleh warganya.

Menteri Agama Yaqut Cholil Choumas, gagal memahami Masjid sebagai sarana pemberdayaan umat! Masjid dalam lintasan sejarah dunia IsIam, khususnya dimasa Rasullulah SAW tidak hanya digunakan untuk ibadah ritual semata, dimasa beliau masjid juga berfungsi untuk berbagai kepentingan umum, bahkan untuk menjalankan kepentingan .

Nabi menempatkan masjid sebagai “Sekretariat” Pemberdayaan umat. Tempat untuk mengekspresikan seni-religius, sebagaimana Rasullulah pernah menyaksikan kelompok seniman daei Habasyah untuk menampilkan kreasi nasyidnya dimasjid. Tidak heran kalau masjid Nabi digambarkan sebagai pusat peradaban dan pemberdayaan umat islam.

Dari pada memusingkan urusan bunyi pengeras suara masjid, lebih baik mas Menteri Agama Yaqut Cholil Choumas melakukan pembinaan umat melalui rumah ibadah, tidak mesti hanya melalui masjid.

Rumah ibadah lain seperti Gereja, Vihara, Kuil, Candi yang juga merupakan wadah efektif dalam pembinaan umat masing-masing. Sehingganya rumah ibadah diharapkan dapat membentuk umat yang damai dan toleran terhadap pemeluk agama lain.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa jumlah Masjid, termaksud Musala, langgar, dan surai mencapai kurang lebih 800.000 bangunan di seluruh indonesia. Bayangkan kalau setiap masjid dibuatkan serambi yang dapat digunakan untuk melayani kebutuhan sosial umat. Bayangkan kalau masjid yang sebanyak itu dapat dikelola secara profesional dengan segala potensi para jemaahnya.

Para jemaah masjid itu bervariasi, ada pemilik modal, ada pengangguran, ada mahasiswa dan sarjana, ada anak-anak dan ada orangtua. Kalau semuanya di sinergikan maka masjid berpotensi luar biasa untuk menyelesaikan problem sosisal dan umat. Pada akhirnya yang terjadi adalah, bukan lagi masyarakat yang memberdayakan masjid, tetapi masjid yang memberdayakan masyarakat.

Namun sangat disayangkan Pak Menteri tidak mampu menjalankan hal tersebut olehnya Ketua Umum Badko HMI menilai bahwa Menteri Agama Yaqut Cholil Choumas minim gagasan dan sesat menyesatkan dari awal kepemimpinan beliau, selalu saja menuai kontroversi dikalangan umat sampai dengan hari ini, maka dari itu tegas kami sampaikan lebih baik mundur dari jabatan dari pada tidak mampu mengurusi umat.