Oleh : Muh. Fitriady
(ARCHY Research & Strategy / Ph.D Candidate Of Political Sciences Of Universiti Kebangsaan Malaysia 2024)
Tuturan id, Makassar – Pertarungan politik adalah seni pertarungan yang bisa dianalogikan seperti permainan catur. Kemenangan sering ditentukan di momen-momen terakhir ketika strategi mencapai puncaknya.
Memasuki fase akhir Pilkada 2024, pendekatan yang tepat bisa diibaratkan sebagai “langkah bidak ratu” dalam catur. Bidak yang paling berdaya dan fleksibel, mampu bergerak secara lincah ke segala arah, melindungi dan menyerang dengan kekuatan yang tak tertandingi.
Di masa-masa krusial ini, ratu memainkan peran sentral yang penuh intensitas, melambangkan strategi pamungkas yang tak hanya bertujuan menyerang lawan tetapi juga memenangkan hati pemilih dengan langkah-langkah cerdas dan dinamis. Inilah momen di mana calon bergerak aktif, memanfaatkan seluruh sumber daya dan energi untuk membangun hubungan emosional dengan publik.
Strategi “langkah ratu” ini melibatkan aksi cepat dan terarah, membawa calon turun langsung ke lapangan, menyapa masyarakat, dan mengomunikasikan visi mereka dengan cara yang kuat dan menggugah sebuah gerakan pamungkas untuk mengamankan posisi di hati pemilih dan memastikan kemenangan pada hari-H.
Mari kita bahas bagaimana sang Ratu bisa memainkan perannya dengan maksimal dan memenangkan permainan.
1. “Langkah Ratu” sebagai Simbol Strategi Politik Final
Ratu dalam catur adalah bidak terkuat yang bergerak ke segala arah, sama seperti peran kandidat di masa akhir kampanye, saat mereka harus tampil langsung di hadapan publik dengan pesan yang menyentuh dan tajam. Dalam konteks politik, strategi ratu ini melibatkan mobilisasi penuh dengan satu tujuan utama: memecahkan kebuntuan dan mengamankan posisi dominan di mata pemilih. Di sini, ratu berperan tidak hanya sebagai penyerang, tetapi juga pelindung, menutup celah kelemahan dan mendekati pemilih yang masih ragu.
2. Mengatur Sinergi Bidak-Bidak Lain untuk Menopang Serangan Ratu
Meski ratu adalah simbol kekuatan, kemenangan dicapai berkat sinergi antar-bidak. Pion-pion di depan ratu, yang mungkin tampak kecil, adalah relawan dan jaringan tim kampanye di lapangan yang siap membuka jalan dan bahkan berkorban demi kandidat.
Dengan sinergi ini, ratu bebas bergerak lebih jauh. Benteng, seperti tokoh masyarakat berpengaruh atau pejabat lokal, menjadi penjaga yang memperkuat posisi kandidat, sementara gajah berfungsi tak langsung, menegaskan dukungan partai dan memperkuat kesan bahwa sang calon memiliki backing yang kuat dan solid.
Dalam kampanye Pilkada, pion bisa diibaratkan sebagai para pemilih muda yang bergerak aktif di media sosial, menyuarakan dukungan mereka dengan menyebarkan konten positif. Mereka bekerja sebagai relawan, menggerakkan komunitas, menyuarakan alasan mengapa calon mereka layak dipilih.
Benteng, sebagai analogi tokoh masyarakat, menyatakan dukungan terang-terangan yang memperkuat citra kandidat dan mengamankan posisi mereka dari serangan isu negatif.
3. Langkah-Langkah Akhir “Bidak Ratu” yang Mencetak Skor Kemenangan
Beberapa langkah akhir yang dilakukan ratu di dunia nyata politik Indonesia adalah aksi-aksi strategis yang mencuri perhatian publik. Berikut adalah taktik utama yang menjadi senjata ratu:
– Meningkatkan Blusukan dan Kehadiran Langsung yang Menyentuh Hati Pemilih: Seperti yang dilakukan Tri Rismaharini di Surabaya. Di masa akhir kampanye, Risma turun langsung ke masyarakat, bahkan di lingkungan kumuh, menunjukkan kepedulian tanpa sekat. Gerakan ratu yang menyerang langsung ke jantung lapangan ini memengaruhi persepsi publik yang melihat Risma sebagai pemimpin yang dekat dan tulus.
– Memanfaatkan Atribut Emosional dan Narasi Positif untuk Menjaga Citra: Di masa akhir Pilkada Jakarta 2017, kandidat Anies Baswedan memanfaatkan setiap kesempatan untuk tampil simpatik di depan media, menyuarakan kampanye yang mengajak pemilih pada ikatan emosional. “Langkah ratu” ini terbukti ampuh, di mana sentimen keagamaan dan isu lokal dihadirkan dalam narasi yang menyentuh masyarakat luas, menjadikan Pilkada Jakarta 2017 salah satu yang paling sengit di Indonesia.
– Serangan Terakhir Lewat Dukungan Tokoh Berpengaruh: Dalam Pilpres 2014, langkah cerdas Jokowi adalah mendekati para tokoh masyarakat adat, petani, dan kaum buruh, memberi mereka panggung untuk menyuarakan aspirasi yang selama ini terpinggirkan. Jokowi bermain sebagai ratu yang masuk langsung ke jantung komunitas dengan pendekatan simpatik, sementara dukungan para tokoh kuat di belakang layar memperkokoh pergerakan ini.