Oleh: Erick K | Pemerhati Demokrasi di Kab. Maros

Tuturan id, Maros – Kampanye kosong yang diusung oleh mantan Bupati Hatta Rahman di Pilkada Maros telah menimbulkan banyak perdebatan.

Dalam sebuah potongan video yang tersebar di media sosial, Hatta terlihat mengajak masyarakat untuk memilih nomor 1, yang berarti kotak kosong, dengan bahwa Bupati Maros saat ini, Chaidir Syam, tidak memiliki prestasi yang cukup selama masa jabatannya. Meski ajakan ini terdengar seperti bentuk protes, ada beberapa dampak negatif yang perlu diperhatikan.

Pertama, memilih kotak kosong dapat mengabaikan tanggung jawab politik setiap warga negara. Dengan memilih kotak kosong, masyarakat seakan menyerah untuk mencari pemimpin yang bisa mewakili mereka.

Sikap menyerah ini bisa memperburuk kondisi politik di Maros, membuatnya stagnan tanpa perbaikan. Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa setiap memiliki kekuatan dalam menentukan arah pembangunan daerah.

Kedua, kampanye kotak kosong juga berpotensi melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi. Jika masyarakat percaya bahwa tidak ada calon yang layak, bisa jadi mereka akan merasa pesimis dan enggan berpartisipasi dalam pemilu selanjutnya.

Menurut data dari Komisi Umum (KPU), partisipasi pemilih di Maros dalam pemilu 2019 mencapai 81,43%. Namun, jika sentimen kotak kosong terus berkembang, angka ini bisa menurun drastis di pemilu mendatang, mengancam legitimasi demokrasi di Maros.

Selanjutnya, ajakan Hatta untuk memilih kotak kosong dapat memecah belah masyarakat. Ketika publik terpecah antara pendukung kotak kosong dan pendukung calon tertentu, diskusi politik yang sehat bisa terhambat.

Sebaliknya, apa yang seharusnya menjadi wadah untuk berbagi pendapat dan mencari solusi malah bisa menimbulkan ketegangan dan konflik. Situasi ini dapat menciptakan lingkungan politik yang tidak kondusif, di mana masyarakat justru saling mencurigai dan terjebak dalam polarisasi.

Kampanye ini juga bisa menciptakan lingkungan politik yang tidak sehat. Jika calon-calon merasa bahwa mereka tidak perlu memperbaiki diri karena ada dukungan untuk kotak kosong, mereka mungkin akan acuh terhadap kebutuhan masyarakat.

Hal ini bisa menghasilkan stagnasi dalam perbaikan kondisi yang diharapkan oleh rakyat. Dengan tidak adanya dukungan nyata terhadap calon, calon yang ada tidak akan merasa tertekan untuk berinovasi atau memenuhi janji-janji kampanye mereka.

Di sisi lain, klaim Hatta Rahman bahwa Maros tidak memiliki prestasi adalah klaim yang tidak berdasar. Selama masa jabatannya, Chaidir Syam telah mencatatkan sejumlah pencapaian penting yang seharusnya dihargai. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Maros menunjukkan tren positif yang signifikan.

Dari angka -10,87% pada tahun 2020 akibat pandemi, pertumbuhan PDRB Maros melonjak menjadi 1,36% di tahun 2021 dan mencapai 9,13% di tahun 2022. Pada tahun 2023, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Maros akan mencapai 5,00%, melampaui target 4,66%.

Selain itu, daya beli masyarakat juga mengalami peningkatan, yang terlihat dari laju inflasi yang relatif stabil. Meskipun sempat mencapai 5,94% pada tahun 2022 akibat faktor eksternal, laju inflasi berhasil diturunkan menjadi 3,71% pada tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat di Kabupaten Maros tetap terjaga.

Indikator PDRB per kapita juga menunjukkan tren peningkatan, yang berarti bahwa pendapatan per jiwa di Maros semakin membaik. Pada tahun 2020, PDRB per kapita berada di angka Rp50,06 juta, dan terus meningkat menjadi Rp64,69 juta pada tahun 2023. Kenaikan ini menandakan peningkatan kesejahteraan masyarakat Maros yang signifikan.

Selain itu, pemerintah daerah menunjukkan komitmen dalam pembangunan dan renovasi tempat-tempat ibadah, baik masjid maupun musholla, untuk menciptakan fasilitas yang nyaman dan representatif bagi masyarakat. Dukungan terhadap kegiatan keagamaan dan pendidikan agama juga menjadi prioritas, termasuk program pendidikan bagi siswa SD dan SMP.

Inisiatif inovatif seperti program satu masjid satu perpustakaan bertujuan meningkatkan minat baca dan literasi agama di kalangan santri dan masyarakat.

Setiap tahun, pemerintah juga mengadakan program Safari Ramadhan ke seluruh kecamatan sebagai bentuk silaturahmi dengan masyarakat, sekaligus memberikan santunan kepada - yatim dan kaum dhuafa. Dalam kolaborasi dengan organisasi lokal, program literasi di pesantren juga dilaksanakan, bertujuan meningkatkan keterampilan menulis santri dan mendorong pembudayaan membaca.

Dengan pencapaian-pencapaian ini, klaim bahwa Maros tidak memiliki prestasi selama kepemimpinan Chaidir Syam patut ditinjau kembali, dan data-data ini menunjukkan upaya nyata dari pemerintah untuk mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

Dengan semua pertimbangan ini, penting bagi masyarakat Maros untuk berpikir kritis tentang keputusan mereka. Memilih kotak kosong bukanlah solusi yang konstruktif, melainkan hanya akan memperburuk keadaan.

Partisipasi aktif dalam proses pemilu sangat diperlukan untuk mendorong yang positif. Dengan memberikan kepada calon yang dianggap layak, masyarakat tidak hanya menyuarakan aspirasi mereka, tetapi juga berkontribusi dalam pembangunan demokrasi yang sehat di Maros. Hanya dengan cara ini, harapan akan masa depan yang lebih baik dapat terwujud.***