Tuturan id – Penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) 2024 terlaksana secara baik dan lancar. Setelah pemilu 2024 terselenggarakan, banyak lembaga-lembaga survei yang melakukan perhitungan cepat atau quick count pemilu 2024.
Adapun hasil penghitungan cepat alias quick count Pemilu 2024 dari berbagai lembaga survei menunjukkan jika pasangan capres-cawapres dari nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul lebih dari 50%.
Menanggapi hal tersebut, calon presiden dari nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengatakan ada banyak pelanggaran dalam proses Pemilu 2024.
Pernyataan Ganjar Pranowo tentang kecurangan tersebut ia sampaikan menggunakan contoh kasus yang terjadi di Desa Gunung Kesan, Karang Penang, Sampang, Madura, Jawa Timur.
“Masalahnya banyak sekali pelanggaran yang sangat signifikan yang menggerus integritas pemilu. Contohnya kalau Anda lihat di Madura ada laporan bahwa satu desa itu penduduknya tidak mendapat panggilan mencoblos dan kertas suara sudah dicoblos 02,” kata Ganjar ditemui di tempat pemantauan quick count, jalan Teuku Umar, sebelum ia beranjak pulang, Rabu (14/2/2024).
Dengan begitu, Ganjar menyebutkan bila pihaknya akan menginvestigasi isu ini lebih lanjut.
Tak hanya itu, Ganjar juga mengatakan ada laporan banyak warga negara di London yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya.
“Ada banyak sekali hal-hal semacam ini,” ujarnya.
Sebagai informasi yang berhasil dihimpun oleh tim tuturan.id pada kamis (15/2/2024) melihat jika beredar video di media sosial Twitter (X) yang memperlihatkan sekelompok warga di Sampang, Madura, marah ke Panitia Pemungutan Suara (PPS). Kemarahan itu diduga, banyak surat suara yang sudah tercoblos ke salah satu pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Didalam video berdurasi 48 detik tersebut, tampak seorang warga membentak dan menunjuk petugas PPS dengan tuduhan surat suara sudah terbuka dan tercoblos.
Melihat hal tersebut, Kasi Humas Polres Sampang Ipda Dedy Deli mengatakan insiden kericuhan warga dengan PPS terjadi pada Selasa (13/2) malam. Menurut dia, kericuhan tersebut terjadi karena kesalahpahaman.
“Ada surat undangan yang memang masih belum tersampaikan ke beberapa warga,” kata dia.
Selanjutnya, ia juga membantah pemicu peristiwa adalah sudah ter coblosnya surat suara, seperti yang dinarasikan dalam video yang beredar dan viral.
“Tidak benar. Surat suara yang sudah tercoblos itu beritanya tidak benar. Karena surat suara masih dalam keadaan tersegel dan di tempat yang aman,” kata dia.
Lebih jelas lagi, Dedy mengatakan suasana di desa tersebut sudah kondusif setelah terjadi mediasi.***