Tuturan id – yang merupakan Calon Presiden dari Nomor Urut 3, menyoroti tentang kondisi demokrasi Indonesia ini yang dikabarkan dalam fase kurang baik atau kualitas nya mengalami penurunan.

Ganjar menyampaikan kegelisahannya atas kondisi demokrasi di Indonesia, yang dinilai berjalan tidak sesuai nilai dan kaidah yang berlaku.

Selain itu, ia juga turut menyoroti beberapa pelanggaran yang terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU), serta suara masyarakat sipil yang semakin tidak didengarkan.

“Nah, kalau MK-nya kena problem etika, KPU-nya kena problem. Etika apa yang mau dibicarakan dalam demokrasi kita, sebagai negara demokrasi yang cukup besar?” kata Ganjar saat berbicara pada Podcast “Speak Up” yang dikelola Abraham Samad pada Jumat (9/2/2024).

“Dan, kemudian ya peringatan kemarin Satu, dua dan tiga enggak didengarkan, Kampus bicara, agama bicara, Semuanya bicara. Maka, ini sebenarnya gejala yang nampak bahwa demokrasi tidak baik-baik saja. Bagi yang merasa punya nilai dan melihat ini sedang berjalan di jalan atau rel yang keliru. Dia berbicara, mengingatkan. Dan, peringatan ini, mustinya didengarkan atau kita sedang mempertaruhkan demokrasi kita,” tutur Ganjar.

Namun, sebenarnya pada kesempatan yang sama, juga menjawab pertanyaan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad terkait pernyataan penutupnya pada debat Capres terakhir, Minggu (4/2/2024), yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta Convention Center (JCC).

Seperti yang kita ketahui sebelumnya, jika pada penyampaian pernyataan penutup, di Debat Capres pamungkas itu, Ganjar mengingatkan kembali pesan Presiden () pada Debat Capres 2019, untuk tidak memilih pemimpin yang diktator dan memiliki rekam jejak pelanggaran HAM.

“Itu yang disampaikan Pak ya. Saya sebenarnya mengutip saja. Maksud saya, gini Pak Abraham, agar kita tidak pendek ingatan. Kita jangan mudah lupa. Jangan amnesia dan ada fakta, ada jejak ,” jelasnya.

Kemudian Mantan Gubernur Tengah dua periode tersebut merujuk pada salah satu filosofi , bahwa setiap orang seharusnya berbuat sesuai perkataan dan pikirannya.

“Agar minimal diri kita sendiri ingat, pikiran, perkataan dan perbuatan kita sama. Kalau bahasa orang tua kampung kami, ya jangan sore esok dele, sore tempe malamnya apa Pak? Tempe bosok. Jangan sampai begitu. Saya hanya mengingatkan dan saya mengquote bahwa pernah loh suatu ketika Presiden dalam debat capres 2019 menyoroti pentingnya menghindari calon pemimpin yang memiliki rekam jejak pelanggaran HAM, tindakan otoriter, kekerasan, atau korupsi. Dan, sebaiknya memilih pemimpin yang memiliki integritas, komitmen terhadap demokrasi,” pungkas Ganjar.***