Oleh : Taqwa Bahar

Wakil Ketua ICMI Sulsel

Tuturan id – Bulan Puasa Ramadhan kali ini terasa sedikit berbeda dengan yang dilaksanakan ditahun sebelumnya. Perbedaannya dikarenakan pelaksanaan bulan ramadhan jatuhnya bertepatan dengan proses finalisasi tahapan legislatif dan pemilihan presiden yang sementara berjalan di Komisi Pemilihan Umum. Hal ini tentu mendatangkan banyak cobaan dan juga godaan dikarenakan adanya tujuan politik yang mewarnai bulan suci ramadhan.

Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa secara umum puasa diartikan sebagai menahan lapar dan haus dari terbitnya hingga terbenamnya matahari.
Tidak hanya itu saja, Puasa juga mengajarkan tentang kehidupan yang sesungguhnya dimana setiap prosesinya dilalui dengan berbagai ujian, diuji berupa keimanan, Ketaqwaan, Kepekaan, kepedulian dan Kesabaran.

Dari berbagai sudut pandang dapat ditarik benang merahnya bahwa berpuasa dari segala sesuatu yang berhubungan dengan hawa nafsu adalah puncak dari puasa yang substantif, menahan diri dari berbagai bentuk sifat-sifat yang keji dan mungkar.

Apa yang diterangkan ini merupakan bagian dari pemahaman subjektif, tidak secara menyeluruh diambil dari pendekatan teoritis olehnya itu memaknai puasa apalagi yang berkaitan dengan amaliahnya dibulan ramadhan harus dengan penguasaan terhadap dan tujuannya.

Apalagi disaat ini bulan suci ramadhan yang seharusnya disambut dengan penuh kebahagiaan, justru sudah tercemari oleh orang-orang yang mempunyai tujuan untuk membuat gaduh, padahal sejatinya sebagai umat tentu berkewajiban menjalankan puasa ramadhan agar dapat mengendalikan dirinya dari berbagai provokasi yang diciptakan oleh orang-orang yang mencari kepentingan sesaatnya saja.

Dengan melihat perkembangan dan potret Ramadhan kali ini maka sesungguhnya tindakan sekelompok orang yang melakukan demonstrasi yang berujung kericuhan telah mencederai bulan suci ramadhan, bahkan sekelompok orang telah melakukan tindakan , merusak fasilitas negara, berbenturan dengan aparat.

Dan mereka yang berperilaku seperti itu tidaklah jauh berbeda dengan sekawanan anak-anak remaja ABG yang melakukan liar diwaktu malam dan subuh selama ramadhan, mereka tidak lagi menghargai bulan yang penuh dengan maghfirah ini sehingga aparat perlu menindakinya.****