Kesimpulan

Contoh-contoh di atas menggambarkan bagaimana politik agama bisa mempengaruhi hasil dan dinamika pilkada di Indonesia. Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik:

  1. Mobilisasi Agama sebagai Alat :
    Dalam beberapa , kandidat atau kelompok politik menggunakan agama untuk memobilisasi massa, baik melalui pesan moral maupun negatif.
  2. Polarisasi dan Fragmentasi :
    Politisasi agama cenderung menyebabkan polarisasi di masyarakat, seperti terlihat dalam Pilkada DKI 2017. Ini bisa merusak kohesi dan menciptakan ketegangan jangka panjang.
  3. Diskriminasi terhadap Minoritas:
    Dalam beberapa kasus, seperti di Sumatera Utara, politisasi agama dapat mengarah pada diskriminasi terhadap kandidat dari kalangan minoritas, sehingga mengancam prinsip keadilan dalam demokrasi.
  4. Kebutuhan Regulasi dan Politik:
    Untuk mengurangi dampak negatif politik agama, regulasi yang lebih ketat diperlukan, seperti pengawasan terhadap yang mengandung ujaran kebencian atau politisasi SARA. Selain itu, politik yang mendorong pemilih untuk fokus pada program kerja dan kompetensi kandidat sangat penting.

Dengan manajemen yang baik, agama sebenarnya dapat berfungsi sebagai inspirasi moral dalam politik. Namun, bila terlalu dipolitisasi, seperti dalam beberapa kasus di atas, agama dapat merusak tatanan demokrasi dan memecah belah masyarakat.*** (Ariyanto Ardiansyah)

Ariyanto Ardiansya, S.IP.,M.Si

Dosen Ilmu Politik , Prodi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia