Akhirnya, isu kongkalikong dengan Konstitusi (MK) terkait upaya meloloskan sebagai calon wakil presiden menjadi perhatian publik. Dugaan adanya kolusi antara kekuasaan dan lembaga peradilan menciptakan keraguan mengenai integritas sistem politik di Indonesia. 

Publik berhak mempertanyakan apakah keputusan-keputusan yang diambil oleh MK benar-benar objektif ataukah dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Untuk mengembalikan kepercayaan publik, pemerintahan yang baru harus menjamin independensi lembaga-lembaga peradilan dan menjunjung tinggi prinsip transparansi dalam setiap kebijakan yang diambil.

Dengan berakhirnya era Jokowi, Indonesia kini menantikan pemimpin baru yang dapat menghadapi tantangan-tantangan tersebut dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Isu-isu ini tidak hanya menjadi tantangan bagi pemerintahan yang baru, tetapi juga mencerminkan harapan untuk sebuah pemerintahan yang lebih transparan, adil, dan responsif terhadap kebutuhan rakyat. 

Untuk itu, Prabowo diharapkan dapat memimpin dengan yang lebih inklusif dan inovatif, merangkul semua elemen , serta mengimplementasikan program-program yang berfokus pada pemberdayaan rakyat dan keadilan sosial. Langkah konkret seperti pembentukan tim khusus untuk mengawasi proyek IKN dan dialog terbuka dengan mengenai kebijakan-kebijakan yang diambil akan menjadi langkah awal yang baik untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih efektif dan terpercaya. 

Selain itu, Prabowo juga perlu memperkuat kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal dalam merancang kebijakan yang tepat sasaran, serta melibatkan muda dalam proses pengambilan keputusan. Dengan pendekatan yang lebih humanis dan inovatif, pemerintahan Prabowo dan Gibran dapat memastikan bahwa semua lapisan masyarakat merasakan dari kebijakan yang diambil, serta membangun Indonesia yang lebih berkeadilan dan sejahtera.***