Tuturan id – Menurut , seseorang yang sering dilanda kesepian didiagnosa berpotensi memiliki 37% mengalami Parkinson. Temuan itu diungkap peneliti di JAMA Neurology.

Jika sebelumnya kesepian umumnya dikaitkan dengan potensi risiko demensia dan alzheimer, kali ini para peneliti juga mencari tahu dampaknya terhadap Parkinson.

Dikutip dari laman Health, Jumat (20/10/2023), Profesor Neurology dan kepala divisi gangguan pergerakan di Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina, Nina Browner menyebutkan pihaknya juga tengah mencari tahu dampaknya terhadap gangguan lain. 

“Penelitian ini pada dasarnya mencoba mencari tahu apakah kita juga bisa melihat hal yang sama pada Parkinson,” 

Diketahui Parkinson adalah merupakan penyakit neurodegeneratif, yakni merupakan dampak dari proses penuaan sistem saraf. Pasiennya bisa mengalami gangguan motorik dan keseimbangan tubuh, serta juga dapat ditandai dengan tremor, gangguan koordinasi tubuh, dan otot kaku. 

Meski demikian, penelitian ini tidak secara langsung mengatakan bahwa kesepian menjadi hal mutlak menyebabkan penyakit Parkinson, namun tidak menutup kemungkinan dampak negatif muncul dari kesepian. Menurut peneliti, temuan ini penting karena saat ini banyak orang yang terkena dampak kesepian. 

Penelitian ini menggunakan data dari 491.603 peserta dari UK Biobank  yang menyelesaikan kuesioner antara tahun 2006 dan 2010. tersebut diminta untuk menjawab ya atau tidak tentang apakah mereka merasa kesepian atau tidak. 

Selama periode 15 tahun, para peneliti mengamati berapa banyak peserta yang didiagnosis menderita penyakit Parkinson. Dari situ, tim meneliti apakah ada perbedaan risiko terkena penyakit Parkinson berdasarkan rasa kesepian. 

Penulis Antonio Terracciano mengatakan peserta penelitian berusia antara 38 hingga 73 tahun. Setidaknya 54 persen di antaranya adalah . Kesepian lebih sering terjadi pada wanita, orang  muda, orang dengan  pendidikan  rendah, dan orang dengan kondisi kesehatan fisik dan mental  tertentu. 

Seperti  disebutkan, orang yang kesepian 37% lebih mungkin terkena penyakit Parkinson. Setelah memperhitungkan faktor risiko lain untuk penyakit Parkinson, seperti genetika dan kondisi kesehatan lainnya, orang yang kesepian masih memiliki peningkatan risiko sebesar 25%. 

Terracciano, seorang profesor  geriatri di Florida State University School of Medicine, mengatakan hubungan antara kesepian dan penyakit Parkinson konsisten antar gender dan usia. Namun, para ahli mencatat beberapa kemungkinan keterbatasan penelitian terkait kualitas data. 

Data  mungkin tidak akurat karena kesalahan diagnosis. Diagnosis juga mungkin terlewatkan jika seseorang tidak mencari perawatan medis dan mengalami gejala. Selain itu, kesepian mungkin  didefinisikan secara berbeda. 

Secara keseluruhan, penelitian ini hanyalah sebuah eksplorasi atau titik awal untuk menunjukkan bahwa ada  hubungan antara kesepian dan kesehatan otak. Ada dugaan bahwa kesepian adalah gejala awal penyakit Parkinson. 

Para peneliti menduga bahwa kesepian mungkin berhubungan dengan penyakit Parkinson  seperti halnya kecemasan, sikap apatis, kelelahan, dan depresi. Namun, setelah memperhitungkan depresi dalam analisis, kesepian masih dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit. 

“Kami berpendapat bahwa stres emosional yang berhubungan dengan kesepian merupakan faktor yang berkontribusi. Perasaan stres ini dapat mengikis resistensi genetik otak, atau faktor  lain  dapat menyebabkan penyakit Parkinson,” jelas Terracciano.***(ar)