di , namun di Indonesia masih banyak terdapat rumah yang menggunakan atap berbahan asbes. Bahkan saat ini terdapat 67 negara melakukan pelarangan pengunaan asbes atau asbestos karena masuk kedalam kategori B3 (Bahan Berbahaya dan ) dan A1 atau terbukti Karsinogen untuk Manusia.

Terdapat beberapa alasan atap asbes masih mudah ditemui di Indonesia, diantaranya karena Harga yang terjangkau. Atap asbes relatif murah dibandingkan dengan bahan atap lainnya, seperti genteng keramik atau metal. Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang ekonomis bagi banyak orang yang membangun atau merenovasi rumah.

Atap asbes juga tahan terhadap , seperti hujan dan , yang umum terjadi di Indonesia. Ini membuatnya tetap populer di daerah-daerah dengan iklim tropis.

Atap asbes memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban tertentu dan tetap relatif ringan. Ini memudahkan proses instalasi dan mengurangi beban struktural pada bangunan.

Selain itu, bahan atap asbes mudah ditemukan di banyak toko bangunan di seluruh Indonesia, membuatnya lebih mudah diakses oleh masyarakat.

Namun perlu untuk dipahami, atap asbes dianggap berbahaya karena mengandung serat asbes yang bersifat karsinogen atau dapat menyebabkan jika terhirup dalam jangka panjang.

Atap asbes berbahaya karena asbes sendiri merupakan senyawa mineral yang mengandung silika dan kalsium. Jadi ketika partikel asbes (bahan material atap) itu terbang, itu bentuknya tajam kecil berukuran micron kira seukuran 1/700 dari rambut manusia, sehingga mudah masuk kedalam rongga pernafasan.

Serat asbes ini dapat terlepas ke udara dalam bentuk partikel-partikel yang sangat kecil saat atap asbes mengalami kerusakan atau degradasi. Jika partikel-partikel ini terhirup oleh manusia, terutama dalam jumlah yang signifikan dan dalam jangka waktu yang lama, maka ada risiko kesehatan yang serius yakni asbestosis atau luka pada paru – paru sebabkan kesulitan bernafas.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya serat asbes, Masyarakat mulai telah beralih ke bahan atap yang lebih aman, seperti Galvalum, genteng metal, genteng beton, atau bahan alternatif lainnya.

Namun bagaimana bila atap asbes ditambah penggunaan plafon, apakah paparan tetap bisa terjadi?

Menurut Peniliti Teknik Lingkungan dari Michigan University Ivan S Jayawan dikutip dari media sosialnya menyebut, “Yes, karena plafon triplek tidak kedap udara, berarti masih bisa ada partikel asbes yang jatuh ke bawah (melewati plafon) ke ruangan. Itu yang secara tidak sadar kalau dihirup terus menerus akan menyebabkan berbagai macam pernafasan termasuk asbestosis yg tidak bisa disembuhkan.

Selain pada atap, pada tahun 2018-2019 produk bedak Bayi Johnson & Johnson ditarik dari pasar Amerika usai kasus tercemar oleh asbes. Perusahaan ini juga menghadapi sekitar 38 ribu tuntutan hukum dari konsumen yang mengklaim produk bedaknya menyebabkan karena kontaminasi asbes.***(bee)