Tuturan id – Melihat luasnya Indonesia yang terbentang sekitar 5.300 km dari Sabang sampai Merauke, tentu membutuhkan perlindungan terhadap kedaulatan wilayah Nusantara. TNI jelas memiliki peranan penting untuk menjaga kedaulatan dan keamanan, serta perlindungan negara baik di darat, di laut, maupun udara, terutama di dalam tekanan geopolitik seperti saat ini, akibat perang Rusia dan Ukraina.
Indonesia bersama Dassault Aviation perusahaan dirgantara berbasis di Prancis, mengumumkan Aktivasi Pesanan Tahap Kedua berupa 18 unit Dassault Rafale F3R/F4 untuk pemerintah Indonesia, yang mulai berlaku 10 Agustus 2023.
Kesepakatan ini menjadi bagian lanjutan dari tahap pertama pesanan 6 Rafale yang berlaku pada September 2022, sehingga jumlah total pesawat yang dipesan saat ini menjadi 24.
Hal ini merupakan bagian dari kontrak yang ditandatangani bersama Indonesia pada Februari 2022 untuk total akuisisi 42 jet tempur jenis Rafale. Kesepakatan ini sebagai langkah kemitraan jangka panjang dengan pihak berwenang Indonesia, sebagai bagian hubungan strategis yang menyatukan Indonesia dan Prancis, sebagaimana dilansir dalam laman resmi Dassault Aviation.
Eric Trappier, Ketua dan CEO Dassault Aviation menyebut Akuisisi Rafale generasi terbaru untuk Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara mencakup solusi “turn key” lengkap termasuk pelatihan teknis pengetahuan penerbangan, sebutnya.
Pesawat tempur Dassault Rafale “omnirole” adalah aset unik yang akan memastikan kedaulatan Indonesia dan kemandirian operasional serta memperkuat perannya sebagai kekuatan regional utama. Kemampuan omnirole artinya pesanan jet tempur ini memiliki kemampuan serbaguna dan terbaik dalam semua kategori misi.
Mulai dari keunggulan udara, pengintaian, dukungan udara bagi serangan darat, serangan presisi udara ke permukaan (sasaran di tanah maupun di laut), hingga mampu menjalankan serangan nuklir.
Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menerbangkan jet tempur Rafale, setelah gagal mendapatkan 11 jet tempur Su-35 Rusia. Rafale memiliki kemampuan supercruise, yakni mampu melesat hingga kecepatan supersonik (1,87 Mach) tanpa afterburner.
Pesawat ini juga dilengkapi sistem peperangan elektronik SPECTRA, yang mampu mendeteksi berbagai jenis musuh dari jarak jauh sehingga memungkinkan pilot memilih metode pertahanan paling efektif dan juga memiliki perangkat radar pemindai elektronik aktif (AESA), yang mampu melacak banyak sasaran dan ancaman di sekitar pesawat secara simultan dalam kondisi segala cuaca dan tahan gangguan pengacak radar musuh.
Pembelian ini menjadi bukti konkret atas komitmen Presiden RI Joko Widodo dan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, untuk meningkatkan kempuan pertahanan dan memberikan alutsista terbaik bagi TNI.*