Oleh: Hillman Wirawan
Tuturan id, – Ada banyak hal yang memengaruhi sikap orang terhadap seorang pemimpin. Hal yang sangat umum membedakan dua jenis pemimpin yakni orientasi dari pemimpin tersebut. Dalam ilmu Psikologi Kepemimpinan, beberapa pemimpin memiliki kecenderungan memimpin dengan orientasi pada hubungan sementara yang lain cenderung dominan dengan tugas.
Berorientasi pada hubungan berarti bahwa pemimpin tersebut sangat mementingkan hubungan dekat dan emosional dengan orang-orang yang dipimpin dan tak jarang menggunakan pendekatan emosional untuk mendorong pengikut mencapai target.
Berbeda dengan orientasi tugas, pemimpin dengan orientasi ini cenderung mementingkan tercapainya target atau selesainya tugas.
Tidak jarang, pemimpin dengan orientasi tugas ini sering kali dikenal dengan pemimpin yang kaku dan kurang memperhatikan perasaan bawahan, meski sebenarnya target-target tim tercapai. Kedua gaya kepemimpinan ini sebenarnya baik pada situasi tertentu, namun ada beberapa kondisi di mana pemimpin dengan orientasi tugas yang tinggi justru lebih dibutuhkan. Berikut penjelasannya.
Pertama, ketika situasi menuntut untuk mengambil keputusan yang cepat dan akurat. Sering kali sebuah tim harus menghadapi berbagai situasi sulit yang menuntut keputusan tepat dan sangat sedikit ruang untuk berdiskusi apa lagi memperhatikan perasaan masing-masing anggota tim.
Sebagai contoh, ketua regu penyelamat dan pemimpin di Angkatan bersenjata. Meski mungkin setuasi tidak selalu genting, namun orientasi pada tugas dan target justru dibutuhkan di banyak situasi yang mereka hadapi.
Kedua, pemimpin dengan orientasi tugas ini juga dibutuhkan untuk struktur tugas yang jelas. Di beberapa organisasi yang baru dirintis, kejelasan terhadap tugas dan peran setiap anggota tim sangat dibutuhkan. Ketika setiap anggota tim belum begitu memahami tugas mereka dengan detail, maka di saat itu mereka membutuhkan arahan dari seorang pemimpin.
Sebagai contoh, organisasi sosial yang berisi para relawan mungkin membutuhkan arahan-arahan spesifik mengenai tugas-tugas mereka.
Ketiga, ketika tim bekerja secara virtual dan komunikasi hanya dilakukan melalui media elektronik. Pada situasi ini mungkin interaksi sosial antara anggota tim dan pemimpin cenderung lebih rendah sehingga setiap anggota tim hanya bekerja untuk memastikan tugas mereka selesai.
Di sini justru pemimpin dengan orientasi pada tugas dapat berfungsi lebih baik dengan memastikan setiap tugas anggota tim memenuhi target.
Perlu dipahami bahwa tidak ada situasi yang seratus persen membutuhkan pemimpin dengan gaya orientasi hubungan atau orientasi tugas.
Pemimpin yang cerdas seharusnya dapat bermanuver di antara kedua kecenderungan tersebut dan lihai menilai situasi lingkungan, konteks organisasi, dan kondisi bawahan untuk menentukan pendekatan yang lebih tepat.****