Tuturan id – Setelah tujuh tahun masa pengembangan, Apple akhirnya meluncurkan headset augmented reality (AR) mereka yang sangat dinantikan, Vision Pro. Kabar ini disampaikan dalam acara World Wide Developers Conference (WWDC) 2023 di Apple Park Cuppertino, California.
Meskipun kebijaksanaan, efektivitas, dan nasib produk ini masih harus ditentukan, satu hal yang pasti adalah headset ini nyata dan akhirnya hadir, tidak seperti rumor seputar televisi dan mobil Apple belum hadir hingga saat ini.
“Dengan Vision Pro, Anda tidak lagi terbatas oleh tampilan,” ujar CEO Apple, Tim Cook, saat memperkenalkan headset baru ini.
Berbeda dengan laporan sebelumnya yang lebih fokus pada teknologi mixed reality, sistem ini lebih berfokus pada augmented reality. Perusahaan menyebutnya sebagai “spatial computing”.
Spatial computing merupakan cara berinteraksi dengan antarmuka komputasi, yang perusahaan sebut sebagai jenis perangkat input, seperti mouse atau trackpad. Desain headset ini sangat mirip dengan render sebelumnya, dengan penampilan mirip kacamata ski. Nyata bahwa perangkat ini tidak dimaksudkan untuk digunakan di luar rumah atau kantor.
Headset ini didasarkan pada kerangka alumunium dengan kaca melengkung di bagian depan. Terdapat tombol fisik untuk pengambilan gambar dan mahkota digital untuk penyesuaian. Tali belakang yang fleksibel dan penutup mata yang meluas dari layar ke kepala pengguna dirancang untuk memblokir cahaya.
Di sisi headset terdapat “audio pod” bawaan yang menyediakan suara. Ini adalah momen bagi perusahaan audio spasial untuk lebih berkembang, itulah alasan mengapa Apple punya semangat besar. Sistem ini dirancang untuk menciptakan ilusi sumber audio yang berbeda.
Headset ini menggunakan chip M2 standar, dipasangkan dengan chip baru bernama R1 yang bertanggung jawab untuk streaming video.
Layar yang digunakan adalah mikro-OLED, dengan resolusi 64 piksel yang mengesankan pada luasan yang hampir sama dengan piksel standar iPhone. Lensa tiga elemen dirancang untuk meningkatkan kualitas gambar dari segala sudut. Apple juga bekerja sama dengan Zeiss untuk menyediakan kacamata dengan lensa khusus yang dapat disesuaikan dengan resep pengguna, sehingga tidak perlu mengenakan kacamata.
Perangkat ini menggunakan fitur baru bernama “EyeSight”, yang menggunakan tampilan depan untuk memperlihatkan mata pengguna kepada orang lain di ruangan (mengkompensasi penutup mata yang tidak tembus cahaya), menciptakan “representasi autentik” dari pengguna pada kaca depan melengkung.
Hal ini dicapai melalui pemindaian awal wajah. Gambar ini juga digunakan sebagai avatar pengguna untuk mewakili diri mereka kepada pengguna lain yang menggunakan headset.
Yang menarik, perangkat ini tampaknya lebih ditujukan untuk kegiatan kerja. Hal ini terlihat dari fokus perusahaan pada fitur-fitur seperti email daripada permainan. Bahkan, pengguna dapat membawa versi desktop Mac mereka ke headset ini. Apple nampaknya berusaha keras menghindari layar sentuh pada Mac.
Layar yang tidak tembus cahaya memungkinkan ruangan menjadi gelap di sekitar gambar. Faktanya, perusahaan benar-benar mendorong penggunaan foto 2D yang diambil dari iPhone di sini. Terdapat juga kamera 3D yang memungkinkan pengguna mengambil foto dan video “Spatial”.
Terdapat pilihan bioskop juga, memanfaatkan ilusi layar besar yang lengkap. Meskipun terdapat permainan, pengalaman ini bukanlah pengalaman virtual reality yang sebenarnya, melainkan proyeksi layar besar dengan permainan standar.
Sidah bisa dipastikan bahwa Disney yang akan menjadi mitra konten pertama, yang menunjukkan prospek yang cerah untuk pengalaman masa depan.
Bob Iger tampil di panggung untuk mengumumkan bahwa Disney+ akan tersedia saat perangkat ini diluncurkan. Tak heran pejabat besar Disney sangat yakin terhadap Apple.
Meskipun sebelumnya terdapat rumor tentang adaptasi iPadOS, perusahaan justru memperkenalkan VisionOS, sistem operasi baru yang “dirancang dari nol” untuk komputasi spasial. Seperti peluncuran awal iPad, terdapat beberapa fitur pendidikan, termasuk aplikasi astronomi dan kesehatan, serta aplikasi untuk menciptakan musik.
Apple mengklaim bahwa sistem ini dapat berfungsi dengan aplikasi Microsoft Office, serta layanan telekonferensi seperti WebEX dan Zoom. VisionOS berjalan pada kerangka yang sama dengan iOS dan iPadOS, sehingga aplikasi yang sudah ada dapat dipindahkan.
Perusahaan juga akan meluncurkan App Store khusus untuk headset ini. Apple juga bermitra dengan Unity untuk mendukung pengembangan alat-alat permainan yang menawarkan pengalaman yang lebih baik daripada sekadar memindahkan permainan yang sudah ada.
Versi baru FaceID bernama OpticId membawa fitur keamanan untuk menggunakan fitur seperti Apple Pay. Selain itu, data kamera diproses di dalam perangkat dan perusahaan tidak mencatat informasi tentang arah pandangan pengguna.
Yang jelas, ini semua masih dalam tahap awal. Pertama, produk ini diumumkan saat ini untuk mengundang lebih banyak pengembang. Kedua, pengalaman yang ditampilkan dalam presentasi hanya berupa render. Tentu saja, ini juga disebabkan oleh kesulitan dalam menyajikan pengalaman 3D dalam video 2D – ini adalah sesuatu yang akan terus dihadapi perusahaan dalam menjual produk ini.
Vision Pro akan tersedia awal tahun depan. Perangkat ini akan dijual seharga $3.499 atau setara Rp. 52 juta rupiah lebih. Jelas perangkat ini lebih ditujukan untuk pembeli korporat daripada konsumen reguler. Namun, perlu diingat bahwa kata “Pro” dalam namanya mengisyaratkan bahwa versi yang lebih terjangkau (relatif) mungkin akan hadir nantinya.***