Tuturan id – Debat cawapres yang digelar oleh KPU RI, berlangsung tadi malam masih panas di media sosial (Medsos).
Pasalnya, Mahfud MD yang merupakan Calon Wakil Presiden (Cawapres ) dari Nomor Urut 3 pagi ini bahkan memosting perihal food estate di media sosial X (twitter).
“Indonesia hebat seperti kolam susu. Lah, menanam jutaan hektar singkong untuk food estate yang tumbuh jagung. Menanam singkong, panen jagung. Ajaib. Itu terjadi di Gunung Mas. Eh ternyata jagungnya pun ditanam dengan polli bag sebab di tanah bergambut Gunung Mas tak mungkin tumbuh jagung,” tulis Mahfud dikutip tuturan.id, Senin (22/1/2024).
Seperti yang kita ketahui, jika Food Estate yang merupakan program andalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ditugaskan kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk mengatasi persoalan pangan di dalam negeri.
Dalam beberapa waktu terakhir, pembahasan Food estate menjadi topik panas ketika debat Capres dan Cawapres berlangsung.
Apa lagi tadi malam, Mahfud MD juga menyinggung hal yang sama. Di depan Gibran Rakabuming Raka, Mahfud MD dengan tegas mengatakan proyek Food Estate gagal total.
“Kita punya program petani bangga bertani di laut jaya nelayan sejahtera jangan misal seperti Food Estate yang gagal dan merusak lingkungan yang benar aja? Rugi dong kita,” ungkap Mahfud MD.
Sebelumnya juga cawapres dari nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau kerap disapa Cak Imin blak-blakan mengatakan bahwa dia akan menghentikan proyek Food Estate.
Karena menurut Cak Imin, Food Estate terbukti mengabaikan petani dan merusak lingkungan.
“Kita sangat prihatin upaya pengadaan pangan nasional dilakukan melalui Food Estate itu terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat, menghasilkan konflik agraria bahkan merusak lingkungan,” ungkap Cak Imin.
Mendengar adanya pertanyaan yang dianggap menyerang, Gibran pun akhirnya buka suara soal program tersebut.
“Jadi memang yang namanya food estate, lahan pertanian itu program jangka panjang, Pak, jadi tidak bisa di judge sekali panen, dua kali panen, tiga kali panen. Panen pertama, kedua, dan ketiga itu pasti tidak pernah 100 persen. Petani pasti paham, baru hasil panen keenam, ketujuh, kedelapan baru kelihatan bagaimana hasilnya.”***