Oleh: (CEO ARCHY)

id, – Persaingan kontestan yang semakin sengit membuat aura kompetisi semakin terasa di masyarakat. Kondisi ini diperhalus oleh jadwal yang mepet menjelang pencoblosan. 

Tidak bisa dipungkiri modal personal dan kemampuan personal yang mudah diterima menjadi salah satu modal besar mendapatkan simpati publik. 

Personal “act” atau tindakan/keputusan politik yang dilakukan oleh individu calon kepala daerah bisa saja akan menjadi sebuah keputusan yang tepat di waktu yang mepet.

Perang gagasan dianggap memiliki peran strategis, namun personality dengan gaya khas juga memiliki kontribusi aktif mendapatkan hati pemilih. Sebut saja gaya ultraman salah satu Anggota DPR RI yang terpilih, juga Anggota DPD RI Komeng mereka deretan bukti kekuatan personal act yang diterima publik.

Kondisi yang seperti ini, menuntut kandidat harus memiliki kemampuan yang cakap dengan materi kampanye memadai. Tidak heran kemunculan mereka yang memiliki personal act efektif karena penerimaan publik yang tinggi dan tidak sekedar basa basi. 

Era digital juga memberi sumbangsih atas transformasi informasi kepada publik, mereka tidak hanya menerima informasi satu arah namun konektifitas ini menjadi sosok mudah dikenal apalagi kalau sudah viral. 

Kehebatan self personality yang diasah berasal dari kemampuan gerak kandidat secara mandiri. Tidak ada jalan selain kemampuan individu dalam mendalami peran dirinya untuk tampil dengan cara yang dianggap dapat diterima publik. Kemampuan ini tentu sulit jika tidak diasah dan diimplementasikan secara berulang. 

Karena kebiasaan akan membentuk pribadi yang langsung dapat diterima publik ketika ada respond. Tidak jarang efektif lahir karena tuntutan. Ini yang menjadi point penting jika ingin melakukan aktifasi karena didalamnya ada instrumen khusus dalam berbuat hal hal yang kira kira dapat diterima publik. 

Keseluruhan gerak yang dapat diterima akan memunculkan simpati dan sedikit banyak aura ini akan membentuk kepada kandidat karena positif.

Diharapkan kondisi personal act yang memberi kesan dan membantu kandidat mempercepat penerimaan publik atas ide dan gagasan yang mereka jual dalam kampanye. 

Waktu yang mepet dan kondisi logistik yang berat menjadi hal yang mendorong kandidat harus membuka cakrawala berfikir untuk memilih kondisi yang tepat dan efektif dalam mencapai

Jika kondisi ini diselesaikan, bukan tidak mungkin hari hari menjelang pencoblosan kandidat mendapat ruang di hati publik yang notabene menjadi raja di TPS.***(Mukhradis Hadi)