Oleh : Muh. Fitriady (ARCHY Research & Strategy / Ph.D Candidate Of Political Science Of Universiti Kebangsaan Malaysia)

Dengan pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang semakin mendekati hari pemungutan suara, persaingan antar kandidat kian intens dan menarik untuk disoroti. Setiap strategi yang dijalankan terlihat berusaha menarik perhatian pemilih dengan berbagai cara, mulai dari kampanye terbuka hingga penguatan citra di media sosial. 

Namun, di tengah hiruk-pikuk kampanye ini, ada satu kelompok pemilih yang sering terlewat dari radar para kandidat, yaitu “silent majority”. Mereka adalah kelompok yang tidak aktif berbicara di ruang publik maupun media sosial, tetapi perannya sangat signifikan dalam menentukan pemenang. 

Jumlah mereka yang besar dan pola perilaku yang cenderung diam-diam menjadikan “silentmajority” sebagai kekuatan tersembunyi yang wajib diperhatikan oleh setiap kandidat. Dengan waktu yang tersisa, strategi yang cerdas dan efektif harus diarahkan untuk meraih hati kelompok ini, karena suara mereka bisa menjadi pembeda di hari penentuan. Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menyentuh hati mereka:

Dengarkan Aspirasi Nyata, Hindari Retorika Kosong

Kelompok “silent majority” cenderung rasional dan pragmatis. Mereka memilih kandidat yang membahas isu nyata seperti stabilitas harga, layanan , pendidikan, atau peluang kerja. Hindari janji yang tidak relevan atau berlebihan. Kampanye harus fokus pada konkret yang langsung menjawab kebutuhan mereka.  

Bangun Narasi yang Menenangkan, Bukan Memecah Belah

Silent majority sering merasa jenuh dengan dan drama politik. Kandidat yang membawa pesan damai, harapan, dan stabilitas memiliki peluang besar menarik hati mereka. Hindari narasi negatif atau serangan pribadi terhadap lawan, karena itu cenderung membuat kelompok ini semakin menjauh.  

Optimalkan Media Sosial dengan Konten Sederhana

Kelompok ini mungkin tidak berdebat di media sosial, tetapi mereka mengamati dan mencerna informasi secara diam-diam. Buat konten yang ringan, mudah dipahami, dan langsung mengena. Infografis, singkat, atau testimoni masyarakat tentang manfaat kepemimpinan kandidat akan lebih efektif dibandingkan retorika panjang.  

Kampanye dengan Sentuhan Personal

Sisa waktu ini adalah momen tepat untuk pendekatan langsung. Turun ke lapangan, temui kelompok masyarakat, dan dengarkan masukan mereka. Kampanye pintu ke pintu, forum kecil, atau dialog dengan komunitas lokal dapat menciptakan koneksi emosional yang kuat. Sentuhan personal sering menjadi faktor pembeda yang menentukan suara mereka.  

Fokus pada Rekam Jejak dan Program

*Silent majority* lebih menghargai kerja nyata daripada sekadar janji. Soroti keberhasilan kandidat di masa lalu dan jelaskan bagaimana program mereka akan berlanjut atau ditingkatkan. Gunakan contoh konkret agar pesan lebih meyakinkan.  

Jaga Konsistensi Hingga Hari Pemilihan

Kelompok ini sering membuat keputusan di saat-saat terakhir. Oleh karena itu, konsistensi dalam pesan kampanye sangat penting. Jangan ubah narasi hanya karena tekanan . Kandidat yang terlihat tenang, stabil, dan konsisten akan memenangkan kepercayaan mereka.  

Kenapa Silent Majority Begitu Penting?  

Kelompok ini menjadi penentu karena sering kali tidak terlihat atau tidak terdeteksi survei. Mereka diam-diam mengamati, mempertimbangkan, dan akhirnya membuat keputusan secara mandiri. Dalam kontes Pilkada , dengan segala dinamika politik yang ada, suara silent majority bisa menjadi kunci kemenangan bagi kandidat yang mampu menyentuh hati mereka.  

Pilkada bukan hanya soal siapa yang paling keras bersuara, tetapi siapa yang paling efektif mendengarkan dan memahami. Dalam sisa waktu yang ada, kandidat harus menjadikan silent majority prioritas utama dengan membangun koneksi emosional, menawarkan solusi nyata, dan menghindari . Karena di balik kesunyian mereka, ada kekuatan besar yang siap menentukan . (Kendari, 17 November )