Tuturan id – Kehadiran Check and Balance dalam sistem demokrasi berefek penting dalam menegakkan keadilan.
Kehadiran check and balance ini menguak di tengah gencarnya isu rekonsiliasi antara kubu Paslon 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang disponsori oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar serta kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD, menimbulkan adanya harapan oposisi yang mengemuka.
Adanya oposisi dalam demokrasi ini dianggap sebagai penyempurna sistem demokrasi agar terciptanya check and balance dalam pemerintahan ke depan.
Dengan begitu, melalui Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menghendaki adanya sistem tersebut layaknya seperti di Amerika Serikat (AS).
“Di Amerika, jika seorang presiden dari partai demokrat terpilih, maka kongres biasanya Dimenangkan oleh partai republik,” kata Fahri dalam akun media X pribadinya @Fahrihamzah, Minggu (18/2).
Oleh karena hal itu, ia merujuk negeri Paman Sam itu sebagai negara yang memiliki sistem demokrasi yang mapan. Sementara Indonesia masih proses menuju kemapanan sistem demokrasi tersebut.
“Dan sebaliknya. Jika gambaran itu ada di negara kita maka kematangan rakyat dalam demokrasi nampak. Rakyat ingin oposisi tetap kuat. #DemokrasiKita,” tambahnya.
Seperti informasi yang beredar, berbagai analisis politik mendorong agar kubu 01 yang dimotori oleh Partai Nasdem bersama PKS dan PKB, serta kubu 03 yang dimotori PDIP tetap berdiri sebagai oposisi dalam pemerintahan mendatang jika pilpres tahun ini dimenangkan oleh pasangan Prabowo–Gibran.***