Tuturan id – Pemilu merupakan tahapan penting dalam proses bernegara di mana warga negara memilih pemimpin untuk mewakili mereka dan menentukan kebijakan ke depan.
Sayangnya, dalam banyak kasus proses pemilihan ini yang seyogyanya merupakan panggung perang gagasan, ide-ide kebijakan, dan janji perubahan tiba-tiba berubah menjadi arena konflik.
Konflik yang muncul beragam, mulai dari isu identitas, kesalahan, bahkan dosa masa lalu ikut terbawa. Seluruh konflik tidak bermutu tersebut menjelma dan masuk dalam kampanye-kampanye yang tidak terukur dan di luar kendali.
Sudah sepantasnya di era demokrasi yang semakin dewasa ini kita semakin memunculkan “perang” gagasan dari para putra dan putri terbaik, calon pemimpin Indonesia.
Mengapa perang gagasan atau ide itu penting? Salah satu cara para pemilih dan dalam hal ini juga warga Indonesia secara umum bisa memahami gagasan dan ideologi dari para kandidat yakni ketika terjadi perbedaan.
Perbedaan ini kemungkinan memunculkan narasi yang saling berbenturan. Saat terjadi perbedaan gagasan inilah, publik bisa lebih jauh menguji kapasitas kandidat yang akan dipilih.
Mereka juga dapat lebih jauh memahami ideologi politik dan visi dari kandidat yang akan dipilih. Namun, bayangkan, jika ini hanya merupakan pertarungan antara konsep identitas calon, maka tidak ada pemikiran yang tumbuh dan kepemimpinan Indonesia akan miskin gagasan.
Ada hal yang sangat kurang dimiliki oleh para pemilih, yakni kemampuan berpikir kritis mengenai calon yang akan dipilih. Jika kampanye hanya tentang perbedaan identitas, maka pemilih akan semakin jauh dari informasi berkualitas yang dapat membantu kemampuan berpikir rasional mereka.
Para pemilih harus diberikan gagasan sebagai bahan evaluasi kandidat. Peperangan gagasan ini akan menjadi cermin yang dapat memperkaya sudut pandang mereka dan mendorong para pemilih untuk semakin kritis memilih.
Poin terakhir, perang gagasan juga akan mendorong terjadinya seleksi pemimpin yang lebih berkualitas. Mereka yang maju untuk berkompetisi tidak hanya mengandalkan identitas mereka, sekalipun hal ini memang melekat pada setiap pemimpin.
Namun, melalui perang gagasan ini, para calon pemimpin dengan gagasan-gagasan terbaik muncul. Mereka yang berada di pusaran kompetisi juga harus selalu siaga menyajikan gagasan sebagai amunisi penting dalam menarik suara rakyat.
Oleh karena itu, perang gagasan adalah sebuah fenomena yang harus menyertai proses pemilihan pemimpin. Sebagai warga negara kita dapat mendorong hal ini dan mungkin memicu perang gagasan antara calon perlu sesekali dilakukan. Tanpa adanya perang gagasan ini, maka tidak akan terjadi evaluasi kualitas gagasan, dan akhirnya proses pemilihan para pemimpin miskin dari gagasan memajukan bangsa.****