Tuturan id – Pagi tadi, Rabu (16/8/2023) di Gedung Nusantara, Jakarta, pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang bersama DPR-DPD RI dalam rangka HUT Republik Indonesia ke-78, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menggunakan pakaian adat Tanimbar, menyampaikan Pidato Kenegaraannya. Jika kita cermati, banyak pesan yang bisa kita petik, termasuk di antaranya capaian, kesempatan dan strategi Indonesia kedepan. Berikut ulasan singkatnya.
Pertama, Presiden mengungkapkan keuntungan Bonus demografi Indonesia akan mencapai puncak di Tahun 2030-an. Indonesia punya peluang besar untuk meraih Indonesia Emas pada tahun 2045 dikarenakan 68% penduduknya berada di usia produktif. Ini menjadi kunci produktivitas nasional.
Indonesia memiliki ‘international trust’ karena peran dan bukti nyata Indonesia dalam mengambil sikap. Ini tercermin dari Presidensi Indonesia pada G20, keketuaan Indonesia di ASEAN dan konsistensi Indonesia dalam menjunjung HAM dan kesetaraan.
Indonesia juga sukses menghadapi krisis dunia selama tiga tahun terakhir, yang mendongkrak dan menempatkan Indonsia kembali dalam peta percaturan dunia. Indonesia dengan Pancasila, harmoni keberagaman dan prinsip demokrasinya mampu menghadirkan ruang dialog dan menjadi titik temu dan menjembatani perbedaan- perbedaan yang ada.
Dengan berbagai kesempatan tersebut, strategi pertama Indonesia yakni mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia. Indonesia telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,6%, menaikkan Indeks Pembangunan Manusia menjadi 72,9, dan menaikkan Indeks Pemberdayaan Gender menjadi 76,5 di tahun 2022.
Pemerintah telah mengalokasikan anggaran perlindungan sosial dari APBN dengan total Rp3.212 Triliun dari tahun 2015 s.d. 2023. Termasuk di dalamnya Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar (KIP), KIP Kuliah, Program Keluarga Harapan, Kartu Sembako, perlindungan kepada lansia, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya. Tak ketinggalan untuk re-skilling dan up-skilling tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja dan Program Kartu Pra-Kerja.
Presiden menyampaikan bahwa kaya Sumber Daya Alam saja tidak cukup! Oleh karena itu kita perlu hilirisasi dan transfer teknologi yang memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisir dampak lingkungan. Pemerintah telah mewajibkan perusahaan tambang membangun pusat persemaian untuk menghutankan kembali lahan pasca penambangan.
Hilirisasi dimaksud, tidak hanya pada komoditas mineral, tetapi juga non mineral seperti kelapa sawit, rumput laut, kelapa dan komoditas potensial lainnya yang mengoptimalkan kandungan lokal dan yang bermitra dengan UMKM Petani & Nelayan sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil. Pada akhirnya hilirasi akan berbuah manis, terutama bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Sebagai gambaran, setelah Indonesia menghentikan ekspor nikel ore pada tahun 2020, investasi hilirisasi nikel tumbuh pesat. Saat ini telah ada 43 pabrik pengolahan nikel yang akan membuka peluang kerja yang sangat besar. Ini baru satu komoditas, belum tembaga, bauksit, CPO dan Rumput laut.
Berdasar hitung-hitungan perkiraan dalam 10 tahun, pendapatan per kapita kita akan capai Rp 153 juta ($ 10.900). Dalam 15 tahun, pendapatan per kapita kita akan capai Rp 217 juta ($ 15.800) dan dalam 22 tahun, pendapatan per kapita kita akan capai Rp 331 juta ($ 25.000). Sebagai perbandingan pada tahun 2022 kemarin, pendapatan per kapita kita berada di angka Rp 71 juta. Artinya dalam 10 tahun, lompatannya bisa 2 kali lipat bahkan lebih.
Pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang pada akhirnya menaikkan daya saing kita yang sudah dimulai merupakan pondasi. Dampaknya, berdasar International Institute for Management Development (IMD), daya saing kita di 2022 naik dari rangking 44 menjadi 34. Ini merupakan kenaikan tertinggi di dunia.
Presiden menyampaikan bahwa pembangunan dari desa pinggiran dan daerah terluar yang pada akhirnya memeratakan ekonomi Indoenesia, dilakukan dengan dana desa dengan total anggaran mencapai Rp539 T selama periode tahun 2015 s.d. 2023. *