Tuturan id, Jakarta – Dengan semakin dekatnya waktu pemilihan dalam Pilkada serentak 2024, para di seluruh Indonesia kini memasuki periode paling krusial untuk memenangkan hati pemilih.

Memaksimalkan sisa waktu 30 hari ini memerlukan strategi yang tidak hanya tepat sasaran tetapi juga bisa menjangkau pemilih dengan cara yang efektif dan efisien. 

Selain itu, diperlukan ketajaman analisis, pemahaman perilaku pemilih, dan pemanfaatan taktik yang mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat secara optimal. Di tengah persaingan ketat, setiap langkah haruslah dirancang dengan cermat, baik melalui cara-cara konvensional seperti blusukan maupun melalui pendekatan modern yang memanfaatkan digital.

Menurut M. Fitriady, Doktor (Ph.D) dalam bidang ilmu politik di Universiti Kebangsaan Malaysia dan Direktur ARCHY Research & Strategy, yang selama ini meneliti dan mendalami perilaku pemilih di Indonesia, menyampaikan pandangannya tentang bagaimana para bisa memanfaatkan waktu singkat ini untuk meraih dukungan maksimal. 

“Dalam 30 hari terakhir ini, perlu memprioritaskan strategi yang langsung menyasar kebutuhan utama pemilih,” ujar Fitriady. Menurutnya, kampanye yang efektif di saat-saat terakhir harus fokus pada memperkuat pesan utama kampanye yang relevan dan langsung menyinggung isu-isu yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. 

Strategi pertama yang disarankan adalah mengoptimalkan pendekatan langsung, seperti blusukan atau kunjungan ke lokasi-lokasi yang dianggap sebagai basis penting pemilih. 

Tindakan ini, meskipun terlihat tradisional, tetap menjadi metode yang kuat dalam membangun kedekatan personal dengan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang masih memiliki keterikatan kuat pada pemimpin yang ramah dan peduli. “Kandidat yang mampu menyapa masyarakat dengan cara yang hangat dan menyentuh akan lebih diingat, bahkan hingga saat mereka berada di bilik suara,” tambah Fitriady.

Di sisi lain, untuk menjangkau pemilih yang lebih muda dan perkotaan, kampanye digital harus lebih ditingkatkan. Media sosial dapat menjadi media efektif dalam menyebarkan pesan kampanye secara luas dan cepat.

Memanfaatkan seperti Instagram, TikTok, dan Facebook memungkinkan kandidat untuk tidak hanya menjangkau audiens yang lebih besar tetapi juga memberikan ruang interaktif yang lebih menarik, seperti sesi tanya jawab atau video pendek yang menjelaskan visi dan misi mereka. 

“Kunci dalam kampanye digital di tahap akhir adalah konsistensi pesan yang disampaikan serta penggunaan media yang mampu memancing respons cepat dari pemilih,” ujar Fitriady, yang turut mengamati tren kampanye digital di Indonesia.

Selain itu, pendekatan berbasis data kini semakin relevan. Penggunaan analisis data untuk memahami pemilih menjadi strategi yang cukup efektif di periode terakhir kampanye. 

Melalui data, tim pemenangan bisa mengidentifikasi wilayah dengan potensi suara besar yang belum terjangkau, sehingga sumber daya dan waktu dapat difokuskan pada lokasi-lokasi tersebut. “Ini bukan hanya soal tampil di semua tempat, tapi bagaimana memastikan kehadiran kandidat di lokasi-lokasi yang benar-benar signifikan bagi hasil pemilihan,” tambahnya.

Dalam konteks ini, kampanye door-to-door atau canvassing juga bisa menjadi strategi yang sangat efektif. Metode ini mengandalkan tim kampanye untuk bertemu langsung dengan pemilih di rumah mereka dan menyampaikan pesan dari kandidat. Dalam situasi pandemi, bentuk kampanye ini dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, sehingga kandidat tetap dapat membangun komunikasi dua arah yang hangat dan intim dengan masyarakat.

Tidak ketinggalan, kegiatan-kegiatan kecil yang melibatkan partisipasi komunitas lokal, seperti program bakti sosial atau kerja bakti, juga bisa menjadi alat efektif untuk mendekatkan kandidat dengan masyarakat.

Dengan melibatkan diri dalam kegiatan yang langsung memberi manfaat bagi masyarakat, kandidat tidak hanya dapat memperkuat citra positif mereka tetapi juga menunjukkan kepedulian yang nyata terhadap kondisi warga. 

Keseluruhan strategi ini pada akhirnya harus dibarengi dengan pengelolaan isu dan sentimen publik yang cermat, terutama jika ada isu atau tantangan yang muncul di hari-hari terakhir menjelang pemilu. “Kandidat harus siap merespons cepat setiap isu yang bisa mempengaruhi citra mereka, karena di periode 30 hari terakhir, setiap respons publik akan mendapat sorotan besar,” tutup Fitriady. 

Dengan waktu yang semakin sempit, strategi-strategi ini bisa menjadi solusi efektif bagi kandidat untuk memperkuat posisinya di hati pemilih. Kombinasi antara cara konvensional dan pendekatan modern yang tepat bisa menjadi kunci kemenangan di Pilkada 2024, menciptakan momentum kuat yang akan berlanjut hingga hari pemilihan.***