Oleh: Muh. Fitriady

Editor: Redaksi Tuturan

Tuturan id, Jakarta – Di era globalisasi dan digitalisasi yang semakin berkembang, dua generasi muda yaitu Gen-Z dan Millenial, muncul sebagai kekuatan penting dalam politik masa depan. 

Dalam dekade terakhir, peran generasi muda dalam politik semakin mengemuka. Generasi Z (Gen-Z) dan , dua kelompok demografis terbesar di dunia saat ini, telah menunjukkan ketertarikan dan partisipasi yang signifikan dalam berbagai isu politik dan sosial. Kedua generasi ini tidak hanya menjadi pemilih yang aktif, tetapi juga terlibat langsung dalam pembuatan kebijakan dan memimpin perubahan di berbagai sektor.

Kedua generasi ini tidak hanya membawa harapan baru, tetapi juga tantangan tersendiri bagi dinamika politik di berbagai negara khususnya di Indonesia.

Chief Operating Officer (COO) ARCHY Research and Strategy Muh. Fitriady menjabarkan beberapa peran penting pemuda Gen-Z dan dalam dunia politik, sekaligus tantangan yang dihadapi dalam demokrasi saat ini.

Dari hasil pengamatannya, menunjukkan bahwa Gen-Z dan lebih cenderung terlibat dalam aktivitas politik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Dengan akses yang lebih mudah terhadap informasi dan teknologi, mereka dapat mengorganisir gerakan dan kampanye melalui .

“Generasi , yang lahir antara tahun 1981 dan 1996, telah melalui berbagai perubahan signifikan dalam lanskap politik global. Mereka tumbuh di era internet dan , yang memungkinkan mereka terhubung dan terinformasi dengan cepat. Hal ini membuat mereka menjadi lebih kritis dan vokal terhadap isu-isu sosial dan politik,”  jelas Direktur Wilayah 7.0 Komunitas Tangan Di Atas (TDA) itu.

Selain itu kata Fitriady, “berdasarkan berbagai survei, Milenial cenderung mendukung kebijakan progresif seperti perubahan iklim, hak-hak kewarganegaraan, dan keadilan sosial. Mereka juga lebih terbuka terhadap baru dan memiliki kecenderungan untuk memilih pemimpin yang membawa perubahan signifikan,” Imbuhnya.

Keterlibatan politik Gen-Z dan Milenial terlihat dari berbagai gerakan sosial yang mereka inisiasi dan dukung, seperti gerakan sosial Kemasyarakatan, protes kebijakan, dan advokasi hak-hak digital. Mereka menggunakan platform untuk mengorganisir, menyebarkan informasi, dan menekan pengambil kebijakan serta lembaga lainnya untuk bertindak.

Kendati demikian, kata mantan legislator Kabupaten Gowa itu menyebutkan, jika keterlibatan aktif Milenial dan Gen-Z dalam politik juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah rendahnya tingkat partisipasi dalam pemilu di beberapa daerah. Hal ini sering kali disebabkan oleh kurangnya kepercayaan terhadap sistem politik yang ada dan kekecewaan terhadap pemimpin politik saat ini.

“Namun, dengan meningkatnya kesadaran politik di kalangan generasi muda, ada harapan bahwa mereka dapat membawa perubahan positif dalam sistem politik global. Partai politik dan calon pemimpin mulai menyadari pentingnya melibatkan generasi ini dalam proses pengambilan dan kebijakan,” jelasnya.

“Meski demikian Gen-Z dan Milenial memerupakan kekuatan baru dalam politik masa depan. Dengan sikap kritis, keterbukaan terhadap perubahan, dan kemampuan memanfaatkan teknologi, mereka memiliki potensi besar untuk mempengaruhi arah kebijakan dan pemerintahan. Tantangan terbesar adalah bagaimana sistem politik dapat beradaptasi dan merangkul generasi ini, untuk menciptakan masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.” tutup Fitriady.****