Tuturan id – Wakil Ketua Umum (Waketum) PAN Viva Yoga Mauladi ikut mengecam pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mengibaratkan Gibran Rakabuming Raka maju sebagai cawapres dengan sopir truk yang mengalami kecelakaan di Gerbang Tol Halim.
Dengan adanya pernyataan itu, Viva meminta Sekjen Hasto untuk segera move on dari Pemilu 2024 khususnya pada pilpres.
“Ayo dong Mas Hasto, move on. Matahari setiap hari akan bersinar. Songsong dengan semangat baru, percaturan baru, posisi politik baru, untuk kemajuan Indonesia,” kata Viva Yoga kepada wartawan, Minggu (30/3/2024).
Selain itu, Viva juga meminta agar Hasto berhenti menyerang posisi Gibran. Karena menurut nya, ucapan Hasto malah membuat sebagian warga menganggap Hasto sedang memberikan pendidikan politik yang tidak baik.
“Sudahlah Mas Hasto, berhentilah mengeluarkan pernyataan yang bersifat character assasination kepada Mas Gibran,” ujarnya.
“Narasi negatif, bully itu akan membuat sebagian masyarakat menilai bahwa Mas Hasto dan paslon 03 tidak memberikan pendidikan politik yang baik,” sambung dia.
Tak hanya itu, Viva juga menyebutkan, kalah atau menang dalam Pilpres merupakan persoalan yang biasa. Dia mengatakan Hasto harusnya menerima dengan legawa.
“Kalau sudah kalah, ya diterima dengan legawa, sabar, dan tawakal. Jangan memproduksi kata, bahasa, dan narasi negatif, yang menjadi sumber polusi udara politik Indonesia,” ungkap dia.
Selanjutnya, Direktur Jubir TKN Prabowo-Gibran itu mengajak para peserta Pilpres 2024 untuk kembali berkawan. Sebab, menurutnya, persaingan Pilpres 2024 saat ini sudah selesai.
“Pilpres 2024 sudah tutup buku. Mari bersahabat dan berteman lagi. Nanti kita bertemu di Pilpres 2029, dengan kawan baru, dengan konfigurasi politik baru,” tuturnya.
Hasto Ibaratkan Gibran dengan Sopir Truk
Tol Halim
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mengibaratkan posisi Gibran Rakabuming Raka yang maju cawapres pada pilpres 2024 dengan sopir truk yang mengalami kecelakaan di Gerbang Tol Halim. Hasto menilai keduanya sama-sama belum cukup usia dalam menjalani masalah yang ada.
“Beberapa waktu lalu ada kecelakaan seorang anak usia 17 tahun, sopir truk ternyata SIM dia tidak punya, kedewasaan di dalam menghadapi problematika di jalan raya belum terjadi, hanya gara-gara menyenggol satu mobil dia lari karena kedewasaannya belum tercapai. Lalu menabrak dan mengena mobil lainnya,” ujar Hasto dalam diskusi ‘Sing Waras Sing Menang’ yang disiarkan secara daring, Sabtu (30/3).
“Kemudian di tengah-tengah itu muncul suatu tampilan bagaimana seorang anak presiden yang batas usia belum mencukupi, wali kota juga baru dua tahun, kemudian mendapatkan suatu preferensi,” ucapnya.***